Hierarki Nilai Wajar (PSAK 68)
Hierarki Nilai Wajar
PSAK ini berusaha
meningkatkan konsistensi dan daya banding dalam pengukuran nilai wajar dan
pengungkapan terkait melalui suatu hierarki nilai wajar. Hierarki
tersebut mengategorikan input yang digunakan dalam teknik penilaian menjadi
tiga level. Input adalah asumsi yang digunakan pelaku pasar ketika menentukan
harga aset atau liabilitas. Input yang dapat diobservasi adalah input
yang dikembangkan menggunakan data pasar, seperti informasi yang tersedia untuk
publik mengenai transaksi aktual, misalnya harga di bursa saham yang dapat
diamati setiap saat oleh pelaku pasar. Sementara input yang tidak dapat diobservasi
adalah input ketika data pasar tidak
tersedia dan yang dikembangkan dengan menggunakan informasi terbaik yang
tersedia mengenai asumsi yang akan digunakan pelaku pasar ketika menentukan
harga aset atau liabilitas.
Tabel Hierarki Nilai
Wajar
Level
|
Karakteristik
|
Contoh
|
Level
1
|
·
Dapat
diobservasi
·
Harga
kuotasi di pasar aktif (tanpa penyesuaian)
|
Ø
Harga
saham LQ45 di Bursa Efek Indonesia
Ø
Harga
kontrak berjangka komoditas pertanian di Bursa Berjangka
|
Level
2
|
·
Harga
kuotasi di pasar aktif untuk item yang serupa
·
Harga
kuotasi untuk item yang identik atau serupa, tidak ada pasar aktif
|
Ø
Harga
penawaran yang diberikan dealer untuk sekuritas yang tidak likuid dan dealer
siap dan mampu untuk bertransaksi
|
Level
3
|
·
Input
yang tidak dapat diobservasi
·
Tetap
diperlukan
|
Ø
Data
yang dihasilkan sendiri oleh perusahaan
Ø
Nilai
yang dihasilkan dari model yang dibuat dengan asumsi manajemen, yang tidak
dapat dikaitkan dengan data pasar yang tersedia dan teramati.
|
Untuk meningkatkan
konsistensi dan keterbandingan dalam pengukuran nilai wajar dan pengungkapan yang
terkait. Pernyataan ini menetapkan hierarki nilai wajar yang mengategorikan
dalam tiga level input untuk teknik penilaian yang digunakan dalam
pengukuran nilai wajar. hierarki nilai wajar yang memberikan prioritas
tertinggi kepada harga kuotasian (tanpa penyesuaian) di pasar aktif untuk aset
atau liabilitas yang identik (input level 1) dan prioritas terendah untuk input
yang tidak dapat diobservasi (input level 3 )
Ketersediaan
input yang relevan dan subjektivitas relatifnya dapat mempengaruhi pemilihan
teknik penilaian yangs sesuai (lihat paragraf 61). Akan tetapi, hierarki nilai
wajar memprioritaskan input atas teknik penilaian, bukan teknik penilaian yang
digunakan untuk mengukur nilai wajar. sebagai contoh, pengukuran nilai wajar
yang dikembangkan menggunakan teknik nilai kini dapat dikategorikan dalam level
2 atau level 3, bergantung pada input yang signifikan terhadap keseluruhan
pengukuran dan level hierarki nilai wajar di mana input tersebut dikategorikan.
Jika input
yang dapat diobservasi mensyaratkan penyesuaian menggunakan input yang tidak
dapat diobservasi dan penyesuaian tersebut menghasilkan pengukuran nilai wajar
yang secara signifikan lebih tinggi atau lebih rendah. Maka pengukuran yang
dihasilkan akan dikategorikan dalam level 3 hierarki nilai wajar. sebagai
contoh, jika pelaku pasar akan memperhitungkan dampak suatu pembatasan pada
penjualan aset ketika mengestimasi harga untuk aset tersebut, maka entitas akan
menyesuaikan harga kuotasian tersebut adalah input level 2 dan penyesuaiannya
adalah input yang tidak dapat diobservasi yang signifikan terhadap keseluruhan
pengukuran, maka pengukuran tersebut akan dikategorikan dalam level 3 hierarki
nilai wajar.
Komentar
Posting Komentar